Jumat, 16 Maret 2012

Pendidikan Dan Kemiskinan

Ada sebuah teka-teki sederhana namun menarik di kemukakan antara kemiskinan dan kebodohan,mana yang menjadi sebab pertama timbulnya akibat antara keduanya ?
Bila kebodohan menjadi sebab,kita bisa katakan kemiskinanlah yang akan menjadi akiba; jika kemiskinan yang menjadi sebab,kebodohan akan menjelma sebagai akibat.
Teka-teki ini bukan tanpa nalar,dan bukan pula sebuah usaha menyederhanakan persoalan.Memang,ada benarnya premis bahwa kemiskinan tidak selamanya mengakibakan kebodohan,namun faktanya di negeri ini hal itu terjadi.
Banyak orang miskin yang mengalami kebodohan atau mengalami kebodohan bahkan secara sistematis.Karena itu,menjadi penting bagi kita untuk memahami bahwa kemiskinan bisa mengakibatkan kebodohan,dan kebodohan jelas
identik dengan kemiskinan.

TIGA RIALITAS.

Untuk memutus rantai sebab akibat diatas,ada satu unsur kunci yaitu pendidikan.Karena pendidikan adalah sarana menghapus kebodohan sekaligus kemiskinan.Namun ironisnya,pendidikan dinegeri ini selalu terbentur oleh tiga realitas.
Pertama,Kepedulian pemerintah yang bisa dikatakan rendah terhadap pendidikan yang harus kalah dari urusan yang lebih strategis: Politik.
Bahkan,pendidikan dijadikan jargon politik untuk menuju kekuasaan agar bisa menarik simpati di mata rakyat.

Jika melihat negara lain,ada kecemasan yang sangat mencolok dengan kondisi sumber daya manusia ( SDM) ini.Misalnya,Amerika serikat.Menteri Perkotaan di era Bill Clinton,Henry Cisneros,pernah mengemukakan bahwa dia khawatir tentang masa depan Amerika Serikat dengan banyaknya penduduk keturunan Hispanik dan kulit hitam yang buta huruf dan tidak produktif.
Dalam dimensi lain,Marshal,seorang peneliti tenaga kerja Amerika Serikat,mengemukakan bahwa suatu bangsa tidak mungkin memiliki tenaga kerja bertaraf internasional bila seperempat dari pelajarnya gagal dalam menyelesaikan pendidikan menengah.Kecemasan yang sederhan,namun penuh makna,karena masyarakat Hispanik cuma satu diantara banyak etnis di Amerika Serikat.
Dan di negeri ini,kita bisa melihat adanya pengabaian sistematis terhadap kondisi pendidikan,bahkan ada kecenderungan untuk meng-anaktirikannya,dan harus kalah dari dimensi yang lain.
Kedua,penjajahan terselubung.
Di era globalisasi dan kapitalisme ini,ada sebuah penjajahan terselubung yang dilakukan negara-negara maju dari segi kapital dan politik yang telah mengoptasi berbagai dimensi kehidupan di negara-negara berkembang.
Umumnya,penjajahan ini tentuk tidak terlepas dari unsur ekonomi.
Dengan hutang negara yang semakin meningkat,badan atau organisasi donor pun mengintervensi secara langsung maupun tidak terhadap kebijakan ekonomi suatu bangsa.
Akibatnya,terjadilah privatisasi di segala bidang.Bahkan,pendidikan pun tidak luput dari usaha privatisasi ini.
Dari sini pendidikan semakin mahal yang tentu tidak bisa di jangkau oleh rakyat.Akhirnya,rakyat tidak bisa lagi mengenyam pendidikan tinggi dan itu berakibat menurunnya kualitas sumber daya manusia di negeri ini.
Jadi,tidak heran jika tenaga kerja kita banyak yang berada di sektor informal akibat kualitas sumber daya manusia yang rendah,dan ini salah satunya karena biaya pendidikan yang memang mahal.
Apa lagi ditengah iklim investasi global yang menuntut pemerintah memberikan kerangka hukum yang bisa melindungi pemodal dan juga buruh murah.
Buruh murah ini merupakan hasil dari adanya privatisasi ( otonomi kampus ),yang membuat pendidikan tidak lagi bisa dijangkau rakyat.Akhirnya,terbentuklah link up sistem pendidikan,dimana pendidikan hanya mampu menyediakan tenaga kuli dengan kemampuan minim.
Realitas ketiga adalah kondisi masyarakat sendiri yang memang tidak bisa mengadaptasikan dirinya dengan lingkungan yang ada.Tentu hal ini tidak terlepas dari kondisi bangsa yang tengah dilanda krisis multidimensi sehingga harapan rakyat akan kehidupannya menjadi rendah.
Bisa dikatakan,telah terjadi deprivasi relatif ( istilah Karl Marx yg di populerkan Ted R.Gurr ) dalam diri masyarakat.
Hal ini akan berdampak pada kekurangannya respek terhadap dunia pendidikan,karena mereka lebih mementingkan urusan perut daripada sekolah.
Akibatnya,kebodohan akan menghantui,dan kemiskinan pun akan mengiringi.Jadi,kemiskinan menjadi sebuah reproduksi sosial,diman dari kemiskinan akan melahirkan generasi yang tidak terdidik akibat kurangnya pendidikan,sehingga kemudian menjadi bodoh dan kemiskinan pun kembali menjerat.(*)

http://winardi-andalas-putro.blogspot.com/2009/03/pendidikan-dan-kemiskinan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar